Monday, August 13, 2007

Untukmu: Sunyasa (SA)

Sekarang tanggal 13 Agustus 2007, jadi sudah 56 hari aku berada di Kamboja (proteh Khmaey). Di negeri yang asing bagiku ini orang-orang tidak pernah menganggapku asing. Di sini aku mengalami serangkaian peristiwa yang cukup menarik dan menyenangkanku. Saat ini aku tidak akan membeberkan cerita-ceritaku selama berada di Kamboja karena aku akan menceritakan semua pengalamanku kepadamu pada perjumpaan-perjumpaan kita berikutnya.
Aku tinggal di Phnom Penh, di rumah yang cukup nyaman (walaupun tetap kepanasan karena tidak ada "aircon" di kamar) tetapi tidak aman (dan barangkali tidak ada satu tempat pun yang cukup aman di Phnom Penh kecuali mungkin di Royal Palace). Di sini orang-orang cenderung merasa tidak aman dengan hidupnya. Sekarang, aku menjadi mengerti arti pentingnya keamanan untuk kehidupan. Aku juga mengerti sekarang mengapa kau memilih rumah untuk tempat tinggal kita di pedesaan di kaki bukit dan letaknya tidak jauh dari sungai. Aku tahu sekarang mengapa kau tidak ingin memiliki pagar di depan rumah kita. Kau ingin kita bersatu dengan alam dan memiliki hati untuk hidup dekat, berdampingan, dan menyatu dengan mereka. Saat itu kita hidup berdua, merasakan sejuk damainya saling mencintai. Indah bahagianya seperti keadaan setelah menyelesaikan suatu permasalahan yang paling rumit.
Di sini, di Tuol Kork St. 592, rumah nomer 96-98-100, aku juga hidup bersama dengan orang lain, bahkan dari berbagi negara (seperti Australia, Hongkong, Korea, Philipina, Singapura, dan orang Khmer sendiri). Kami mempunyai berbagai latar belakang budaya yang berbeda namun berjalan bersama dengan satu visi dan misi untuk kemanusiaan, untuk kamboja. Maka dari itu, aku juga merasakan kedamaian dan kesejukan di sini karena kami semua saling mencintai walaupun kami banyak perbedaannya (dari usia sampai kebangsaan). Jadi, untuk hal itu aku tidak merasakan perbedaan besar dengan yang aku alami ketika hidup satu atap bersamamu di rumah kita yang mungil dan indah itu.
Hari ini aku makan di restoran Indonesia di dekat pasar Tuol Tum Pong. Woow!! Menyenangkan!! Sambil makan rendang dan tahu goreng aku berkata dalam hati "Oh akhirnya...setelah dua bulan di Kamboja aku makan Indonesian food juga.he3x (Terima kasih untuk bu Susie-dan juga pak Herjanto-yang telah mengajakku bahkan mentraktirku makan siang di Bengawan Solo). Perlu kau tahu bu Susie adalah salah satu guru dan pemilik sekolah tempat aku belajar bahasa Khmer saat ini. Kau ingat sambal yang biasa kau buat untukku dengan rasa pedas manis, hari ini aku memakannya dan aku merasa kau makan bersamaku saat itu.
Banyak orang Indonesia di sana, maka aku merasa seperti berada di Salemba, tempat aku hidup selama empat tahun pada waktu sekolah di Jakarta. Dalam perjalanan pulang sambil kepanasan dan kelelahan mengayuh sepeda, aku memikirkan satu hal yang masih menjadi pertanyaan di benakku, yaitu apakah di dalam masyarakat Khmer terdapat struktur administratif seperti di tempat kita, yaitu adanya RT, RW, Lurah, Camat, dst). Masalahnya aku tidak tahu siapa RT-ku, siapa Lurah-ku. Anyway...
Hari ini aku juga hampir menabrak motodob (motor taxi) dengan seorang penumpangnya yang membawa banyak sekali bawaan berupa sayur-sayuran sehingga motor itu tidak dapat berjalan secara normal. Motodob itu berjalan megal-megol seperti goyangan pinggul.
Sungguh hari ini sangat panas. Kata orang Khmer "tngai nih kedau nah!!"
Sampai di kamar, di JS House, aku duduk dan berpikir untuk menulis cerita-cerita hidupku di proteh Khmaey ini, dan aku segera mewujudkan. Aku merasa sayang dan tak tega untuk membuang cerita-cerita hidupku selama ini, kau tahu semuanya begitu fantastis dan begitu dahsyat karena IA bekerja di dalamnya. Walaupun begitu seringkali aku berpikir tidak ada yang istimewa dan menarik dari hidupku yang patut di sharingkan. Tetapi aku salah arah bila berpikir seperti itu dan memutlakkannya, sebab diriku bukan milikku dan hidupku adalah hal terindah yang kumiliki saat ini.
Aku menantikan pertemuan denganmu agar aku bisa merasakan kehadiranmu secara lebih dekat lagi. Tapi tak mengapa untuk saat-saat ini karena aku akan mengunjungimu melalui cerita-ceritaku ini (aku harap hal itu dapat menyapamu sehingga kau merasakan suasana kedekatan denganku).
Sekian. Salam untuk saudaramu yang malang, Hening Dunia (HD).

Penuh kasih,

Lantiping Sasmita (LS)