Sunday, April 10, 2011

Cinta dan Harapan Aya


Kadang-kadang aku merasa seperti tubuhku bukan milikku. Apa yang terjadi padaku?


Aku adalah seorang gadis yang didiagnosis mengidap penyakit yang disebut "Spinocerebellar Degeneration" ketika aku berusia 15 tahun. Penyakit yang kuderita ini mempengaruhi sistem saraf dan, seperti namanya, penyakit itu menimbulkan degenerasi gerakanku, yang selanjutnya akan mempengaruhi mobilitas, ucapan, dan bahkan kemampuanku untuk makan sebelum aku akan menyerah pada keadaan koma dan akhirnya, pada kematian.

Namaku Kito Aya. Seperti gadis-gadis lain seusiaku, aku mempunyai semangat yang tinggi untuk terus belajar demi sebuah impian di masa depan. Impian itu penting bagiku walaupun terkesan sederhana. Aku ingin menjadi seperti ibuku yang mempunyai pekerjaan yang baik sehingga dapat membantu orang lain. Untuk impiannya itu aku ingin belajar di sekolah tinggi agar nantinya aku mendapatkan pekerjaan yang baik.

Namun langkah ke impian itu tidaklah mudah. Aku yang telah mengidap penyakit bukanlah gadis yang normal lagi sebagaimana teman-teman di sekolahku. Saat aku mulai sering jatuh ibuku selalu mengkhawatirkanku. Aku merasa tidak mudah untuk menerima kenyataan ini pada awalnya. Keterbatasan kemampuan tubuhku telah membuatku tidak leluasa bergerak. Aku tidak pernah menyerah dengan kesulitan itu, semangatku tidak pernah pudar. Aku terus berusaha bekerja keras untuk impianku. Banyak orang di sekitarku membantuku, dari keluargaku, terutama ibuku, teman-temanku di sekolah, bahkan tante penjual kelontong dekat sekolahku selalu membantu menyemangatiku dan menganggapku seperti anaknya sendiri. Aku mau maju dan tidak pernah berhenti berharap untuk meraih impianku.

........

Friday, August 17, 2007

untukmu SA

Sunyasa, beberapa hari yang lalu sebenarnya aku ingin menceritakan kepadamu bahwa aku telah menikmati bagaimana bersepeda di tengah-tengah hiruk-pikuk lalu lintas di Phnom Penh (PP), juga di tengah panasnya terik matahari. Aku meliuk-liuk kegirangan di antara kendaraan yang lalu lalang di sekitarku. Dalam perjalanan menuju ke sekolah (masih dalam beberapa hari yang lalu) aku melihat tulisan di kaos (dalam bahasa inggris) bagian belakang dari seseorang yang mengendarai motor di depanku. Tema tulisannya tentang kebenaran. Persisnya aku tidak tahu, tapi intinya mau mengatakan bahwa kebenaran bukan sesuatu yang terberikan tetapi sesuatu yang harus dicari, diperjuangkan, dan harus didapatkan dengan kerja keras. Lalu apa itu kebenaran? Apakah ia merupakan tujuan hidup? Ataukah sarana untuk mencapai tujuan? Ataukan sebuah pegangan hidup?

Di saat lain aku pernah merasa terkejut ketika pertama kali menginjakkan kaki di Phnom Penh ini, yaitu begitu banyaknya mobil mewah melintas di jalan raya. Di sini ada orang yang sangat kaya tetapi sangat banyak orang yang masih sangat miskin semiskin-miskinnya, mereka tidak punya rumah maupun pakaian. Hal ini jauh dari bayanganku tentang Kamboja. Penyebabnya adalah mereka (yang bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat) kebanyakan lebih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan bersama. Mereka melakukan korupsi gila-gilaan.

Suatu kali ketika sedang bersepeda saya sedih melihat orang-orang miskin tidur dipinggir jalan sedangkan di dekat mereka melintas mobil yang sungguh-sungguh mewah yang nampak arogan dan tidak peduli dengan orang lain dan dengan lingkungan di sekitarnya.

Di sini aku juga sempat terheran-heran karena orang lebih suka ngobrol lewat hp dari pada mengirim sms. Setelah lama aku tahu ternyata kalau mau kirim sms harus menggunakan bahasa inggris sedangkan tidak banyak orang yang bisa menulis dengan bahasa inggris karena mereka memiliki bentuk huruf tersendiri. Telepon umum di sini pun lain dengan telepon umum di tempat kita, mereka menggunakan hp sebagai pesawat teleponnya.

Dua hari yang lalu aku mulai melihat keadaan berbeda di komunitas ini. Berbagai masalah mulai tampak di mataku. Bagaimana kulihat G menolak permintaan M untuk pergi ke Siem Riep, dan M terpaksa menerimanya dengan muka kecut. Hal ini terjadi di meja makan saat makan malam.
Sr. D juga mulai kelihatan sangat sibuk. Ia tampak membawa beban permasalahan yang banyak dalam hidupnya sehari-hari. Walaupun begitu ia selalu tampak gembira dan selalu tersenyum, juga selalu memberi salam kepada orang-orang yang ditemuinya. Seperti yang terlihat beberapa hari yang lalu bahwa karena terlalu lelah ia sampai ketiduran di ruang tv dengan kondisi tv yang masih menyala.

Sa, dari pengalamanku selama aku merefleksikan bahwa aku perlu belajar banyak tentang hidup ini dari pada sekedar menikmati dan menyenangi.

Salam untuk adikmu, HD.

Salam kasih,

LS

Monday, August 13, 2007

Untukmu: Sunyasa (SA)

Sekarang tanggal 13 Agustus 2007, jadi sudah 56 hari aku berada di Kamboja (proteh Khmaey). Di negeri yang asing bagiku ini orang-orang tidak pernah menganggapku asing. Di sini aku mengalami serangkaian peristiwa yang cukup menarik dan menyenangkanku. Saat ini aku tidak akan membeberkan cerita-ceritaku selama berada di Kamboja karena aku akan menceritakan semua pengalamanku kepadamu pada perjumpaan-perjumpaan kita berikutnya.
Aku tinggal di Phnom Penh, di rumah yang cukup nyaman (walaupun tetap kepanasan karena tidak ada "aircon" di kamar) tetapi tidak aman (dan barangkali tidak ada satu tempat pun yang cukup aman di Phnom Penh kecuali mungkin di Royal Palace). Di sini orang-orang cenderung merasa tidak aman dengan hidupnya. Sekarang, aku menjadi mengerti arti pentingnya keamanan untuk kehidupan. Aku juga mengerti sekarang mengapa kau memilih rumah untuk tempat tinggal kita di pedesaan di kaki bukit dan letaknya tidak jauh dari sungai. Aku tahu sekarang mengapa kau tidak ingin memiliki pagar di depan rumah kita. Kau ingin kita bersatu dengan alam dan memiliki hati untuk hidup dekat, berdampingan, dan menyatu dengan mereka. Saat itu kita hidup berdua, merasakan sejuk damainya saling mencintai. Indah bahagianya seperti keadaan setelah menyelesaikan suatu permasalahan yang paling rumit.
Di sini, di Tuol Kork St. 592, rumah nomer 96-98-100, aku juga hidup bersama dengan orang lain, bahkan dari berbagi negara (seperti Australia, Hongkong, Korea, Philipina, Singapura, dan orang Khmer sendiri). Kami mempunyai berbagai latar belakang budaya yang berbeda namun berjalan bersama dengan satu visi dan misi untuk kemanusiaan, untuk kamboja. Maka dari itu, aku juga merasakan kedamaian dan kesejukan di sini karena kami semua saling mencintai walaupun kami banyak perbedaannya (dari usia sampai kebangsaan). Jadi, untuk hal itu aku tidak merasakan perbedaan besar dengan yang aku alami ketika hidup satu atap bersamamu di rumah kita yang mungil dan indah itu.
Hari ini aku makan di restoran Indonesia di dekat pasar Tuol Tum Pong. Woow!! Menyenangkan!! Sambil makan rendang dan tahu goreng aku berkata dalam hati "Oh akhirnya...setelah dua bulan di Kamboja aku makan Indonesian food juga.he3x (Terima kasih untuk bu Susie-dan juga pak Herjanto-yang telah mengajakku bahkan mentraktirku makan siang di Bengawan Solo). Perlu kau tahu bu Susie adalah salah satu guru dan pemilik sekolah tempat aku belajar bahasa Khmer saat ini. Kau ingat sambal yang biasa kau buat untukku dengan rasa pedas manis, hari ini aku memakannya dan aku merasa kau makan bersamaku saat itu.
Banyak orang Indonesia di sana, maka aku merasa seperti berada di Salemba, tempat aku hidup selama empat tahun pada waktu sekolah di Jakarta. Dalam perjalanan pulang sambil kepanasan dan kelelahan mengayuh sepeda, aku memikirkan satu hal yang masih menjadi pertanyaan di benakku, yaitu apakah di dalam masyarakat Khmer terdapat struktur administratif seperti di tempat kita, yaitu adanya RT, RW, Lurah, Camat, dst). Masalahnya aku tidak tahu siapa RT-ku, siapa Lurah-ku. Anyway...
Hari ini aku juga hampir menabrak motodob (motor taxi) dengan seorang penumpangnya yang membawa banyak sekali bawaan berupa sayur-sayuran sehingga motor itu tidak dapat berjalan secara normal. Motodob itu berjalan megal-megol seperti goyangan pinggul.
Sungguh hari ini sangat panas. Kata orang Khmer "tngai nih kedau nah!!"
Sampai di kamar, di JS House, aku duduk dan berpikir untuk menulis cerita-cerita hidupku di proteh Khmaey ini, dan aku segera mewujudkan. Aku merasa sayang dan tak tega untuk membuang cerita-cerita hidupku selama ini, kau tahu semuanya begitu fantastis dan begitu dahsyat karena IA bekerja di dalamnya. Walaupun begitu seringkali aku berpikir tidak ada yang istimewa dan menarik dari hidupku yang patut di sharingkan. Tetapi aku salah arah bila berpikir seperti itu dan memutlakkannya, sebab diriku bukan milikku dan hidupku adalah hal terindah yang kumiliki saat ini.
Aku menantikan pertemuan denganmu agar aku bisa merasakan kehadiranmu secara lebih dekat lagi. Tapi tak mengapa untuk saat-saat ini karena aku akan mengunjungimu melalui cerita-ceritaku ini (aku harap hal itu dapat menyapamu sehingga kau merasakan suasana kedekatan denganku).
Sekian. Salam untuk saudaramu yang malang, Hening Dunia (HD).

Penuh kasih,

Lantiping Sasmita (LS)

Friday, May 18, 2007

Listen!

Pada hari ini jika engkau mendengarkan suaraNya jangan keraskan hatimu.

Monday, April 30, 2007

quite fine!

AnnaSophia Robb - Keep Your Mind Wide Open

Have you ever seen the sky so beautiful, colorful, wide and wonderful
Have you ever felt the sun shine so brilliently, raining down oh the unity
Have you ever wanted more? (wanted more)


(chorus)
You've got to keep your mind wide open
all the possibilities
You've got to live with your eyes open
believe in what you see


(Verse 2)
Think of all the days you've wasted worrying, wondering, hoplessly hoping
Think of all the time ahead, don't hesitate, continplate, no its not too late
Have you ever wanted more? Don't you know there's so much more


(chorus)
You've got to keep your mind wide open
all the possibilities
You've got to live with your eyes open
believe in what you see


(bridge)
Tomorrows horizons
Full of surprises
Don't let them chase your dreams away


(chorus)
You've got to keep your mind wide open
all the possibilities
You've got to live with your eyes open
believe in what you see


You've got to keep your mind wide open
all the possibilities
You've got to live with your eyes open
believe in what you see
believe in what you see
believe in what you see